Kisah Sang Pembalap Cilik

Pada suatu hari, hidup seorang anak kecil yang bernama Toby yang berumur 11 tahun, bertubuh kurus, dan berkulit putih. Dia gemar menonton balap motor. Dia sangat menyukai balapan hampir semua game di playstation miliknya adalah balapan. Dia gemar menunggangi motor kecilnya untuk berkeliling daerah rumahnya. Dia pandai mengendarai motor sejak usia 4 tahun. Ia memiliki mimpi ingin menjadi pembalap motor profesional.
Toby, yang masih kelas 5 SD tetep diawasi ketat study-nya.
Dia sangat membenci matematika, pada saat dia melakukan tes matematika saja, nilainy berada dibawah teman – temannya. Ayah Toby pun marah, mengapa anaknya tidak bisa seperti ayahnya yang merupakan pakar ahli matematika. Toby memang tidak suka belajar matematika, walaupun orang tua Toby sudah mengkuruskan ke tempat ternama tetapi Toby menyukainya.
Pada tahun tersebut, diadakan lomba balap motor cross mini yang ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar. Lomba tersebut akan diadakan 7 bulan mendatang. Toby berniat mengikuti lomba balap tersebut, tetapi dia binggung bagaimana dia bisa mengikuti lomba tersebut, sedangkan dia tidak memiliki klub balap.
Didekat sekolahnya memang ada klub motor cross yang diikuti oleh anak sekolah dasar dan menengah, Toby berniat mengikuti klub tersebut. Tetapi dia harus mengisi formulir pendaftaran anggota yang wajib diisi dan ditanda tangani oleh orang tua. Toby bingung bagaimana dia meminta tanda tangan untuk mengisi formulir itu, sedangkan dia tau bahwa orang tuanya tidak setuju jika dirinya masuk kedunia balap. Dia berniat untuk meminta persetujuan ibunya yang tidak sekeras ayahnya yang melarang anaknya mengeluti balapan.
Toby ingin membuat bangga ibunya terlebih dahulu dalam hal akademik yang menurutnya dapat membantu memudahkan dirinya untuk meminta ibunya mengisi formulir tersebut. Test matematika segera dimulai, dan Toby berniat untuk sukses dalam testnya. Toby belajar rutin setiap malam yang bagi orang tuanya kurang wajar, malam-malam yang biasa Toby lewati melalui game balap itu berubah dengan cepat dan aneh. Walaupun orang tuanya merasa aneh jika Toby melakukan hal yang kurang wajar dari biasanya itu, Toby tidak peduli dan hanya ingin membuat orang tuanya bangga sehingga keinginannya dapat diwujudkan orang tuanya.
Selain belajar sendiri, dia juga fokus dalam kursusnya untuk sukses dalam ujian. Memang Toby tidak terlalu mengerti apa yang dipelajarinya. Setidaknya bagi Toby, dia telah berusaha untuk mewujudkan keinginannya. Beberapa hari menjelang Test, Toby masih kurang mengerti beberapa meteri yang akan dijadikan bahan ujian, dan bahkan dia sempat berpikir untuk membuat contekan, tetapi dia berniat untuk menghilangkan pikiran itu.
Hari saat ujian tiba.
Toby ingin menunjukan hasil usahanya selama ini. Soal demi soal yang ia kerjakan dilewati dengan kemampuannya. Toby melihat temannya yang melakukan kerja sama dalam ujian membuat ia tergoda untuk ikut melakukan kerja sama, tetapi Toby mengurungkan niatnya. Sebelum mengumpul kertas jawaban yang diisinya, Toby tak lupa berdoa untuk diberikan kesuksesan. Toby pulang dengan pertanyaan orang tuanya yang penasaran dengan hasil kerja Toby yang bagi diri Toby itu biasa saja.
Hari dimana hasil ujian pun tiba. Toby berdoa untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya. Nama demi nama disebutkan oleh pengawas dan tidak satupun teman Toby yang mendapatkan nilai sempurna. Nama Toby telah dipanggil oleh guru. Hasil ujian itu dilihat oleh Toby dengan rasa takut jika hasil kerja kerasnya selama ini berakhir sia-sia. Ternyata Toby kaget seolah tidak percaya, nilai yang diraihnya berakhir SEMPURNA.
Toby pulang kerumah dengan keadaan senang dan bangga pada dirinya, bahwa ia dapat membuktikan usaha yang sungguh-sungguh dapat berakhir baik. Ibu Toby bangga, yang biasanya Toby mendapatkan nilai dibawah rata-rata, ternyata saat ini dia mendapat nilai sempurna. Ibu Toby memberikan sebuah permintaan kepada Toby, dengan gugup ia pergi ke kamar dan kembali membawa kertas formulir, Toby memberikan kertas itu dengan rasa takut.
“Toby ingin mama mengisi formulir itu” pinta Toby. Ibu Toby membaca dengan ekspresi santai, dan ibu Toby tidak mengizinkan.
Toby mengurung dirinya dikamar seharian, dia tidak ingin keluar, bermain dengan temannya, bahkan dia tidak ingin makan. Dimalam yang sunyi itupun ibu Toby masuk kekamar Toby dan melihat Toby yang melamun sambil melihat poster sang pembalap idolanya. “Kamu serius ingin balap nak ?” tanya sang Ibu. Toby hanya membalas dengan anggukan, dan beberapa pertanyaan tentang klub balap itu diluntarkan oleh ibunya. Malam itu berujung manis, Toby diizinkan oleh ibunya mengikuti klub balap itu dengan syarat Toby harus rajin belajar dan harus tekun berlatih dalam klubnya nanti. Meskipun ayah Toby tidak setuju, tapi Toby dan ibunya akan merahasiakannya.
Toby memiliki sahabat karib bernama Rio yang bertubuh gemuk dan menggunakan kacamata.
Toby selalu menceritakan apa yang terjadi dengannya kepada Rio, dan Toby menceritakan kepada Rio bahwa ia akan mengikuti sebuah klub balap. Rio pun kagum dan memberikan suport kepadanya, dan sore itu dihabiskan oleh mereka berdua dengan suka cita.
Saat masuk klub datang. Toby menuntun motor kecilnya dengan senang dan bangga. Tak sadar Toby menyeberang sebuah track yang ternyata dilalui oleh seorang pembalap dan pembalap itu hanpir menabraknya. Orang itu bernama Leo yang memiliki tubuh tinggi dan berambut keriting. “Punya mata kagak ?!” Tanya Leo. Toby menjawab “maaf kak maaf”. “Maaf, Maaf, lusiapa ? anak baru ya ?!” balas Leo. “Saya Toby kak, anak baru disini” jawab Toby. “oh, anak baru, mending lu kagak usah kesini deh, lu cari jatuh tau nggak!!!”. Toby tidak menghiraukannya dan Leo kembali berjalan.
Toby bertemu pelatih dan ingin melihat kemampuan mengendarai motor Toby terlebih dahulu. Toby menggunakan alat-alat keselamatan dan mulai mengendarai motornya. Toby memacu motornya dengan baik dan melewati tikungan demi tikungan dengan indah. Pelatih pun kagum dengan kemampuan Toby. Leo dan teman-temannya pun melihat pula kemempuan Toby yang sudah diatas rata-rata teman sebayanya. “Keren banget tuh bocah bos !” kata Andi kepada Leo. “Bocah itu gak mungkin bisa lolos seleksi nanti” kata Leo dan langsung pergi.
Ayah Toby pulang kerja, dan menanyakan pada istrinya dimana Toby. “Ma, Toby dimana ?” tanya ayah Toby. Sang istri binggung menjawab apa dan hanya menjawab bahwa Toby sedang bermain di rumah temannya. Toby pun pulang dan ayahnya bertanya kepada Toby. “Kamu habis kemana, nak ?” Tanya sang ayah. “anu yah anu, Tadi Toby dari nonton drum band yah disekolah Toby” jawab Toby dengan gugup. “Loh, kata mama kamu tadi main dirumah temanmu ?”. “Eee, iya yah, tadi Toby main dirumah temen terus nonton drum band deh dirumah teman.
Hari masuk sekolah kembali tiba, setelah Toby menghabiskan weekend-nya dengan keluarga. DI sekolah ia bertemu dengan Rio. Rio ingin mengajak Toby untuk berenang di sabtu sore, tetapi Toby menolak karena di hari itu ia harus latihan balap. Rio bertanya hal yang mengejutkan, “apa balapmu itu lebih berharga dari sahabatmu ini ?”. Rio pun pergi dari Toby. Toby merenung, baginya balap dan sahabat sama berharganya.
Sabtu sore itu digunakan Toby untuk latihan balap. Leo pun mendekat pada Toby, “heh anak kecil, lu nggak usah sok hebat disini ya, klo lu berani, kita race bareng, 5 lap”. Toby menjawab “maaf, saya disini mau belajar, nggak buat sok jago”. Leo membalas “ayolah, gak apa kan ? takut ? menyerah itu tanda orang lemah, kayak lu”. “oke, kita race” Toby menerima tantangan.
Toby pun memulai start dengan Leo. Leo dan Toby mengalami kejar-kejaran sengit. Leo mulai kagum dengan kemampuan Toby, tetapi dia tetap tidak ingin kalah. Race itu dimenangkan oleh Toby. Rio tidak sengaja lewat tempat latihan Toby. Toby menegurnya, tetapi Rio tidak menghiraukan.
Hari saat sekolah tiba, Toby mendatangi Rio. “Hei, besok sore kita renang yuk” ajak Toby. Rio menolak dan pergi mejauh. Toby menjalani hari-harinya disekolah dengan rasa jenuh. Toby binggung dalam menghadapi permasalahan persahabatan seperti itu yang baru pertama kali dialaminya.
Pelatih Toby akan mengikutkan anak didiknya dalam lomba balap dibawah usia 13 tahun, Toby berharap diikutkan oleh sang pelatih. Selain Toby, Leo juga ingin diikutkan dalam lomba tersebut. Satu nama yang tenyata disebutka oleh pelatih untuk mengikuti lomba ialah Toby. Toby senang karena dia baru pertama kali mengikuti lomba balap. Ia menginformasikannya pada Rio, “Hei, aku akan mengikuti lomba balap minggu depan, jadi aku ingin kamu menghadiri dan memberi aku semangat”. Rio hanya terdiam.
Toby pulang dan menginformasikan kepada Ibunya. Ibunya merasa senang. Sayangnya kabar gembira itu tidak dapat sampai ke telinga ayahnya. Ibu Toby akan menjaga rahasia ini dan akan menginformasikannya jika Toby berhasil meraih podium.

0 komentar: